LEPRAE atau KUSTA

Nama lain : kusta, Morbus Hansen (MH)

Tanggal 25 Januari adalah hari kusta internasional.

Penyakit Kusta (leprae) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium leprae. Tidak seperti penyakit infeksi lainnya, penyakit infeksi ini memiliki kekhasan karena bakterinya merupakan basil tahan asam sehingga membutuhkan penanganan lebih, baik dari sisi obat maupun dari waktu pengobatan yang cukup panjang.

Lesi Kulit Kusta (taken from: http://www.microbiologybytes.com)

Keunikan lain dari infeksi ini adalah masa inkubasinya yang sangat lama. Sejak mulai terpapar kuman sampai munculnya gejala klinis pertama memakan waktu  5 sampai 15 tahun, itu pun dengan kontak langsung yang cukup lama artinya apabila kita melakukan kontak dengan sumber infeksi aktif maka tidak serta merta langsung menunjukkan gejala kusta dalam sehari atau dua hari. Transmisi kuman terjadi melalui droplet (kapsul) yang terhirup masuk ke saluran napas atau bisa juga lewat kontak langsung yang intens dan dalam waktu lama (perdoski, Ujungpandang-1992)

Infeksi leprae menyerang saraf tepi manusia sehingga manifestasi klinisnya berhubungan dengan sensibilitas saraf tersebut. Ada 5 tanda utama dalam penyakit kusta ( hilang warna, hilang rasa, hilang keringat, hilang rambut dan hilang bentuk). Gejala awal yang paling mudah dikenali adalah bercak di kulit (hilang warna) dimana bercak ini diikuti kehilangan sensasi raba, sensasi suhu (tes tempel panas dingin) maupun sensasi nyeri (kebal). Bercak ini juga tidak menghasilkan keringat akibat atrofi kelenjar keringat, diuji dengan menggoreskan tinta dan melihat perubahan tinta tersebut saat tubuh mulai berkeringat. Pada tahap berikutnya lazim terjadi kerontokan alis mata dari arah ujung luar dan tahap lebih lanjut tentunya akan terjadi perubahan bentuk organ, jari-jari melengkung, tulang hidung dan daun telinga menjadi rusak.

Perawatan Ulkus (taken from:http://www.answersingenesis.org)

Penegakan diagnosis dilakukan oleh dokter dengan melakukan anamnesis untuk mengetahui keluhan dan riwayat penyakit dan riwayat kontak lalu pemeriksaan fisik untuk penelurusan kelima tanda di atas. Uji laboratorium bakteri  sederhana berupa kerokan pada lesi kulit  atau diambil dari daun telinga dan diperiksa di bawah mikroskop. Tes penunjang lain dikenal tes Lepromin dengan cara penyuntikan di bawah kulit lalu dinilai reaksinya di bekas tempat suntikan, ada juga tes serologi yaitu tes Elisa.

Kecacatan adalah komplikasi dari kusta. Selain perubahan bentuk akibat kerusakan saraf seperti yang ditulis di atas, kecacatan terjadi akibat amputasi organ tubuh yang diawali munculnya ulkus (borok) lalu infeksi sekunder pada borok tersebut dan akhirnya nekrosis (kematian jaringan). Luka merupakan problematika utama dari penderita kusta, luka mudah terjadi akibat kebalnya jaringan tubuh sehingga saat kulit bergesekan dengan bidang kasar, tajam atau bersentuhan dengan benda panas penderitanya tidak merasakan apa-apa dan tidak menyadari telah terjadi trauma di kulit. Tidak ada rasa nyeri yang dirasakan bahkan sampai luka tersebut menjadi borok dan mengeluarkan nanah.

Penyakit kusta  menjadi salah satu program eliminasi penyakit infeksi, olehnya itu pengobatan penyakit ini bisa dilakukan di Puskesmas dan diberikan secara Cuma-Cuma. Sama seperti infeksi bakteri lainnya maka Kusta dapat disembuhkan, meski pada beberapa penderita yang telat didiagnosa atau telat berobat bisa meninggalkan kecacatan fisik. Hambatan lain adalah dari tatalaksana pengobatan yang tidak sederhana dan lama berpotensi menimbulkan ketidakpatuhan dalam berobat, pola pengobatan penyakit ini menggunakan kombinasi obat yang dikenal dengan MDR (multy drugs treatment) dan dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama – 6 bahkan sampai 24 bulan (perdoski, Ujungpandang -1992).

Dalam paradigma sehat yang memprioritaskan unsur promotif-preventif maka seharusnya lembaga yang terlibat dalam usaha eliminasi kusta lebih berperan aktif, tidak hanya menunggu penderita datang untuk didiagnosa karena hal tersebut lebih mengarah kepada upaya kuratif bahkan rehabilitatif apabila karena keterlambatan sampai terjadi cacat fisik. Masalah psikis, sosial dan ekonomi bisa berperan dalam kegagalan terapi. Tidak sedikit penderita merasakan kejenuhan dalam mengkonsumsi obat, atau faktor perpindahan tempat sehingga program pengobatan tidak mereka lanjutkan semata-mata karena malas dan tidak mau repot dengan urusan birokrasi  sedangkan jika berobat ke dokter swasta mereka tidak sanggup akibat harga obat yang masih cukup tinggi.

Beberapa tahun yang lalu stigma terhadap penyakit ini sangat kuat, penyakit kusta dianggap sebagai penyakit keturunan atau penyakit kutukan. Penderita dan mantan panderita yang sudah sembuh sekalipun sering dikucilkan di tengah masyarakat bahkan tidak jarang mereka dilokalisasi semata-mata agar mereka tidak mengalami tekanan sosial dari lingkungan. Padahal individu yang dinyatakan telah sembuh tentunya tidak akan menularkan lagi penyakit ini meskipun kondisi tubuhnya telah mengalami kecacatan. Hal ini bisa terjadi oleh karena rendahnya pengetahuan masyarakat kita terhadap masalah kesehatan. Kurangnya pencerahan yang seharusnya mereka terima dari lembaga yang berkompoten memberika edukasi dan pelayanan kesehatan. (dr.Amran)

17 Komentar

Filed under Infeksi, Klinis

17 responses to “LEPRAE atau KUSTA

  1. Novie

    Selamat pagi dok, mohon pencerahan dan infonya…saya ingin mengetahui apakah sakit kusta mudah menular ya doc? Jika kita kontak sentuhan atau bagaimana doc? (Maaf tanpa ada maksud menyinggung.)
    Hal lain adalah anak saya sering sekaligatal dan kulitnya jg bercak tapi bukan putih, melainkan merah bruntusan seperti dermatitis. Tp sudah di bawa kebeberapa dokter kulit. Gatal nya ya blm juga sembuh dan bercakbercak tidak jelas alergi apa.
    Apakah sakit kust juga gatal doc gejalanya, dan apakah bercak pada kusta putihatau merah bruntusan gitu? Mohon pencerahan ya doc sy resahdganak remaja saya yg bolak balik ke dokter kulit dan blmjg sembuhmaksimal

    • maaf baru sempat balas, kusta adalah penyakit infeksi menular dengan kontak langsung yang sering dan jangka lama. Inkubasinya lama 5 sampai 10 tahun baru muncul gejala klinis.
      gejala klinis utama berupa kelainan warna di kulit dan hilangnya sensasi (kebal).
      Anak ibu mungkin mengalami gangguan kulit lain, silahkan lebih intensif berkomunikasi dengan dokter kulit/ keluarga ibu. semoga mencerahkan.

  2. ibrahim

    assalamualaikum dokter..
    Saya per okt 2014 di berikan obat MH MDT type PB. Saya minum rutin tanpa absen seharipun. Sekitar 4 bln saya ada persiapan utk umrah , sehingga saya disuntik meninghitis.
    Sekitar seminggu stlh suntik, di lesi lama tiba2 memnengkak lagi (pada per november 2014 – akhir Feb 2015 kondisi MH nya sdh mulai menghilang, sm skali ga keliahatan radangnya)
    Setelah itu itu saya mulai panik dan ke dokter lagi. Dikasih inerson dan medixon. Kemudian saya umrah 10 hari (selama itu obat ttp saya bawa dan rutin minum)
    Yg saya mau tanyakan mengapa merah tsb b hilang2 jg smp skrg. Apakah bs hilang dan pulih menjadi spt sediakala (krn ini daerah wajah/pipi dan kening). Mohon nasihat dan sarannya.

  3. aslkm dok ,,, saya ada keluhan ni donk disekitar selangkangan saya ada semacam bercak putih tapi bukan seperti panu,, dan tidak gatal tapi bercak itu sedikit demi sedikit mulai menyebar itu knapa y dok

    • Amran

      Waalaikumsalam, cora. Untuk keluhan perubahan warna pada kulit seharusnya dokter melihat langsung bagaimana gambaran klinisnya. Sangat sulit menegakkan diagnosis kasus kulit dengan bermodalkan cerita saja. Sebagai contoh perubahan warna berupa bercak putih, bisa saja panu, bisa juga kusta dan bisa juga vitiligo atau kelainan-kelainan lainnya. Saran saya, Cora berkonsultasi langsung dengan dokter, bisa juga langsung ke spesialis kulit dan kelamin dan ceritakan dengan lengkap perjalanan penyakit tersebut. Nanti dokter akan melihat dan memeriksa langsung secara fisis sebagai modal awal penegakan diagnosis.

  4. Sunyeon kim

    Iyah saya sudah didiagnosa,kusta itu MH kan? Yang kulit itu mati rasa dulu waktu saya iris pisau gk sakit hehe sebelum ada bercak putih rasanya kayak kesemutan,Umur saya waktu didiagnosa 14,obatnya gk pernah putus selama 12 bulan…obatnya MDT kan?yg coklat buat anak anak dari WHO yang gratis itu kan..

  5. Sunyeon kim

    Oh,jadi bisa hilang ya..kira kira berapa lama?? Soalnya perasaan udah lama tp bercaknya gk ilang ilang kak..kan malu kalo kesekolah nanti temen pada takut,jadi minder..

    • Amran

      Apakah kamu benar didiagnosa kusta, lalu sudah dilakukan pengobatan secara benar dengan tidak terputus? Atau mungkin bercak tersebut adalah penyakit kulit lain? Untuk mengetahui bercak tersebut tentulah butuh pemeriksaan fisik secara langsung, saran saya sebaiknya bertemu dengan dokter atau dokter spesialis kulit untuk pemeriksaan secara objektif.

  6. Sunyeon kim

    Kalo kustanya udah sembuh bercak merahnya juga hilang ya? Mohon di jawab kak..

    • menilai kesembuhan kusta adalah dengan menggunakan pemeriksaan Basil (Basil Index dan Morfologi Index). Selain itu pengobatan kusta merupakan pengobatan yang struktur dalam hal waktu artinya setelah melewati jangka waktu tertentu maka pengobatan dihentikan (6, 9 atau 12 bulan) tergantung tipe kustanya. Bercak kulit masih bisa terlihat meskipun pada umumnya bercak tersebut umumnya menghilang, terutama jika terjadi reaksi pengobatan kusta bercak akan kembali muncul meskiipun proses penyembuhan kustanya sendiri mengalami kemajuan.

  7. ahmad

    Saya punya keluhan bercak putih sprt panu mulai tampak skitar 6-8 bulan lalu (kecil sebesar kuku)tdk gatal tapi skarang mkin bertambah bnyak,(hampir sepunggung berubah bercak putiih)dan mengkilap,, udah kpusksmas terdkat tp cma dkasih obat jamur,hasilnya bercak ttp meluas terus terang saya sngat takut,
    Dmna saya bsa periksa dan memastikan ini kusta ataw bukan,oiya saya tinggal di palangkara ( kalteng) saya mohon bantuanya
    Trimakasih,

    • Pak Ahmad, dalam menegakkan diagnosa dikenal adanya diagnosa banding (differential diagnosis) artinya penyakit lain dengan gejala yang mirip tapi tidak sama. Pada keadaan ini maka diagnosa bandingnya adalah Tinea versicolor (panu), Vitiligo, Pitiriasis Alba dan Hipopigmen post inflamasi.
      Vitiligo bentuknya berbatas tegas dan lebih mengkilap/ licin warna putihnya, cenderung menyatu sehingga menjadi lebih besar. Pitiriasis alba batasnya lebih samar dan warna putihnya tidak terlalu cerah. Hipopigmen post inflamasi biasanya terjadi setelah adanya peradangan atau bisa juga terjadi setelah adanya trauma, contoh luka bakar dll.
      Hanya panu yang memiliki gejala khas gatal, sedangkan yang lain jarang bahkan tidak ditemukan keluhan gatal. Sebaiknya bapak Ahmad menemui dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Sp.KK) di rumah sakit.
      Semoga bermanfaat. Salam

Tinggalkan komentar